Coverpublik.com – Kelompok Rabithah Alawiyah DPC Provinsi Bengkulu ajak masyarakat Teguhkan Nasionalisme dan menolak secara tegas paham Radikalisme dan Terorisme. Radikalisme dan Terorisme merupakan paham yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
“Radikalisme dan Terorisme merupkan pemicu perpecahan umat, perpecahan bangsa dan negara. Paham ini harus dilawan dan kita perangi. Jangan sampai masyarakat ikut terpapar, untuk itu sejak dini kami telah menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada para anggota kami,” kata Habib Mahdi.
Peryataan tegas Ketua Rabithah Alawiyah DPC Provinsi Bengkulu, Habib Mahdi Bin Syaichon Assegaf disampaikan melalui Deklarasikan Anti Radikalisme dan Aksi Terorisme pada beberapa waktu lalu.
Deklarasi ini sekaligus dukungan Kelompok Rabithah Alawiyah DPC Provinsi Bengkulu kepada pemerintah dalam pencegahan dan menanggulangi penyebaran paham radikalisme dan terorisme di Bengkulu dan Indonesia pada umumnya.
Untuk diketahui, Jejak para habaib keturunan rasulullah juga terlacak di Provinsi Bengkulu sejak lama. Bukti otentiknya, terdapat makam tua Habib Saleh di kawasan Kampung Bali Kota Bengkulu. Tak hanya di Kota Bengkulu, makam tua habib juga terdapat di Kota Bintuhan Kabupaten Kaur dan Penarik Kabupaten Bengkulu Utara.
Sekarang, mereka menyebar. Terkini, berdasarkan pendataan yang dilakukan Rabbitha Alawiyah Provinsi Bengkulu terdapat 25 KK. Dalam sebuah wadah, mereka berhimpun dengan rutin melaksanakan kegiatan keagamaan setiap minggunya.
Ketua DPC Rabithah Alawiyah Habib Mahdi Assegaf dan Bendahara sekaligus Pendiri Rabbita Alawiyah Provinsi Bengkulu Habib Abu Bakar Alaydrus menyampaikan, tahun 1909 jejak habib terdata masuk ke Provinsi Bengkulu dari Palembang (Sumsel). Dari sini, kemudian menyebar ke Kota Bintuhan.
“Dilihat dari sejarah, para habib datang dengan tujuan berdakwa. Sekarang, bidang pekerjaan yang dilakukan para habaib macam – macam. Ada yang berbisnis dan lain-lain,” terang Habib Mahdi.
Secara organisasi Rabbitha Alawiyah terhitung baru masuk ke Provinsi Bengkulu. Disampaikan Habib Abu Bakar, saat masuk terkejut dengan adanya oknum yang mengaku – mengaku sebagai habib.
Padahal setelah dicek, pengakuan para oknum tak bisa dipertanggungjawabkan. Lantas, bagaimana membuktikan habib palsu atau tidak?
“Yang membedakan, para habib pasti memiliki buku Maktab Daimi,” tambah Habib Abu Bakar.
Maktab Daimi tak sembarang dibuat. Hanya mereka yang memiliki nasab keturunan rasululllah saja menjadi pemilik.
“Harus ada nasabnya, kalau tidak ada keturunan ngak akan dikeluarkan. Orang jadi ustad bisa, kalau habib keturunan tidak,” jelasnya.
Jalur dari keturunan pun melalui ayah. Jika keturunan dari jalur perempuan, kemudian menikah dengan non habib secara otomatis nasabnya terputus.\
“Kita para habaib juga menjaga perempuan kita, agar jangan sampai putus nasab,” terang Habib Mahdi yang merupakan keturunan ke 39.
Maktab Daimi
Untuk diketahui, Maktab Daimi adalah untuk mencatat sejarah dan silsilah alawiyyin yang tersebar diberbagai penjuru Indonesia, sehingga sejarah dan silsilah alawiyyin tetap lestari dan terjaga.
Adapun sejarah pencatatan nasab alawiyyin telah dimulai oleh Syech Ali bin Abubakar As-Sakran pada abad 9 H.
Pencatatan nasab alawiyyin juga dilakukan oleh habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, dengan bantuan biaya dari raja-raja India.
Beliau memerintahkan untuk melakukan pencatatan alawiyyin di Hadramaut pada abad 17 H. Pada akhir abad 18 H. Sayyid Ali bin Syekh bin Muhammad bin Ali bin Syihab juga melakukan pencatatan alawiyyin, sehingga terkompilasi dalam buku nasab yang berjumlah 18 jilid.
Pencatatan Nasab alawiyyin paling akhir dilakukan oleh mufti Hadramaut Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur pada akhir abad 19 H, yang kemudian dilanjut oleh anaknya sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur yang terkumpul dalam 7 Buku.
Ketika Habib Alwi bin Thahir Al-Haddad mendirikan Rabithah Alawiyyah, beliau memiliki inisiatif untuk melakukan pencatatan alawiyyin yang berada di Indonesia.
Pada tanggal 10 Maret 1932 Rabithah Alawiyah dengan resmi membentuk Maktab Daimi yaitu lembaga otonom yang bertugas memelihara sejarah dan silsilah keturunan Rasulullah S.A.W. yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia.
Untuk menjalankan tugas ini ditunjuklah sayyid Ali bin Ja’far Assegaf yang saat itu duduk di Dewan Pengawas Rabithah Alawiyah cabang Betawi sebagai ketua Maktab Daimi yan pertama.
Dengan biaya dari Rabithah Alawiyyah dan didukung pula oleh seorang dermawan bernama Sayyid Syekh bin Ahmad bin Syahab, beliau mencatat keluarga Sayyid yang tersebar di Indonesia.
Rabithah Alawiyah berkonsep Dalam rangka memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat umat Islam di Indonesia, khususnya keluarga Alawiyin melalui usaha-usaha sosial kemasyarakatan dan pendidikan serta da’wah Islamiyah melalui pembinaan akhlak karimah serta ukhuwah Islamiyah dalam persatuan berbangsa dan bernegara, maka dua bulan setelah peristiwa Sumpah Pemuda, beberapa tokoh Alawiyin menganjurkan kepada Pemerintah Belanda untuk mendirikan perkumpulan kaum Alawiyin yang bernama al – Rabithatoel – Alawijah berdasarkan akte Notaris Mr. A.H. Van Ophuijsen No. 66 tanggal 16 Januari 1928 dan mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda pada tanggal 27 Desember 1928 (1346 H), yang ditandatangani oleh GR. Erdbrink ( Sekretaris Pemerintah Belanda).
Untuk merealisasikan program-program Rabithah Alawiyah, beberapa waktu kemudian didirikan al-Maktab al-Daimi, suata lembaga yang khusus memelihara sejarah dan mencatat nasab As-Saadah Al-Alawiyyin. Maktab ini telah melakukan pencatatan di seluruh wilayah Indonesia. pada tanggal 28 Januari 1940, jumlah Alawiyin yang tercatat oleh Maktab Daimi berjumlah 17.764 orang. tokoh-tokoh yang telah berjasa antara lain : Sayid Ali bin Ja’far Assegaf dan Sayid Syech bin Ahmad bin Syihabuddin.
Realisasi Program Rabithah Alawiyah lainnya adalah di dalam bidang social. kegiatan social yang dilaksanakan oleh al-Rabithah al-Alawiyah antara lain mendirikan Panti Asuhan Daarul Aitam pada tanggal 12 Agustus 1931 di jalan Karet No. 47, yang dipimpin pertama kali oleh Sayid Abubakar bin Muhammad bin Abdurrahman Al Habsyi.
Perkembangan kegiatan masyarakata Alawiyin khususnya dan keturunan Arab umumnya di kemudian hari mengikuti pasang surutnya pergerakan politik di Indonesia. Di antara mereka banyak yang terjun ke bidang politik, bergabung dalam organisasi Partai Arab Indonesia (PAI), mengingat partai-partai Nasionalis masih belum membuka diri untuk keturunan asing.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan dan PAI dibubarkan, mereka berkiprah di partai-partai politik sesuai dengan hati nurani masing-masing. sedangkan perkumpulan al-Rabithah al – Alawiyah sebagai kelanjutan dari perkumpulan Jami’at Kheir tetap bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan.
Hingga kini Rabithah Alawiyah mempunyai jaringan kerja dengan majlis-majlis taklim di seluruh Indonesia yang dikelola oleh kaum Alawiyin. Di samping itu Organisasi ini juga memfasilitasi pendirian lembaga-lembaga pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga tingkat perguruan tinggi.
Dalam rangka ikut mensukseskan wajib belajar, Rabithah Alawiyah telah memberikan bea siswa untuk anak-anak Alawiyin dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sampai saat ini bea siswa telah diberikan kepada 4.040 anak. Sedangkan di bidang kesehatan, Rabithah Alawiyah telah memberikan bantuan kepada 1.659 orang dalam bentuk bantuan sosial kesehatan.
Kiprah keluarga besar Rabithah Alawiyah terhadap kepentingan Nasional secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama melalui Lembaga Pendidikan Formal. Pesantren, majlis taklim, majlis dzikir, lembaga kursus ketrampilan yang tersebar di seluruh Tanah Air, turut serta berperan aktif mencerdaskan juga mendewasakan kehidupan berbangsa dan bernegara, membangun perekonomian rakyat serta menumbuh kembangkan kecintaan terhadap Negara Persatuan dan Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu Rabithah Alawiyah juga berusaha mewujudkan Muslim/Muslimah Indonesia selaku warga Negara yang berakhlakul karimah, mempunyai keperdulian dan turut serta bertanggung jawab mengentaskan kemiskinan dan turut perduli di dalam mengatasi persoalan-persoalan sosial yang terjadi ditingkat local maupun Nasional di Tanah Air.
Pendiri al Rabithatoel Alawijah
Perkumpulan al Rabithatoel Alawijah berdiri pada tahun 1346 H bertepatan dengan tanggal 27 Desember 1928 Masehi.
Adapun para Anggota Pengurus yang pertama kali dari perkumpulan ini adalah mereka yang mendirikan yaitu :
Sayyid Muhammad bin Abdurrahman bin Syihab ( Ketua Umum )
Sayyid Abubakar bin Abdullah Alatas ( Wakil Ketua I )
Sayyid Abdullah bin Ali Alaydrus ( Wakil Ketua II )
Sayyid Abubakar bin Muhammad Al-Habsyi ( Bendahara I )
Sayyid Idrus bin Ahmad bin Syihab ( Bendahara II )
Sayyid Ahmad bin Abdullah Assegaf ( Sekretaris )
Sayyid Ali bin Abdurrahman Al-Habsyi ( Pengawas )
Sayyid Alwi bin Muhammad Al-Haddad ( Pengawas )
Sayyid Alwi bin Thohir Al-Haddad ( Pengawas )
Sayyid Umar bin Abdullah Az-Zahir ( Pengawas )
Sayyid Abdullah bin Abubakar Al-Habsyi ( Pengawas )
Syekh Salim bin Ahmad Bawazir ( Pengawas )
Azas dan Sifat Organisasi ini berlandaskan Al Qur’an dan Sunnah Rasul SAW berasaskan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah beraqidahkan Asy-‘ariyyah sebagai kelanjutan dari yang diwariskan oleh tokoh-tokoh Alawiyin para pendiri Arrobitatoel Alawijah sesuai dengan Thariqah Alawiyah, dan menerima Pancasila sebagai azas NKRI.
Organisasi ini bersifat kekeluargaan yang bergerak di bidang Pendidikan dan dakwah, menyelenggarakan dan menjaga pelaksanaan pencatatan nasab Alawiyin, sosial keagamaan, pemberdayaan umat serta merupakan organisasi yang memayungi dan mempersatukan seluruh keluarga Alawiyin Indonesia.
Visi, Misi dan Tujuan organisasi
Visi
Menjadi wadah penggerak dan pemersatu Alawiyin di Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas, lahir dan bathin, sesuai ajaran Islam berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul SAW. Yang berasaskan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah beraqidahkan Asy-‘ariyyah.
Misi
Menegakkan, melanjutkan dan menyebarkan risalah Rasulullah SAW, membina Ukhuwah Islamiyah, meningkatkan kesadaran dan peran serta Alawiyin dalam kehidupan bermasyarakat, menciptakan kader – kader dan pemimpin teladan yang berakhlaqul karimah, menganjurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Tujuan
Terlaksananya dan tersebarnya ajaran Islam melalui kegiatan – kegiatan sosial, pendidikan, dakwah dan pemberdayaan umat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan lahir batin umat Islam Indonesia umumnya, dan keluarga Alawiyin khususnya.
Program Kerja Rabithah Alawiyah 2011-2016
MAKTAB DAIMI
Melestarikan Maktab Daimi sebagai satu-satunya lembaga nasab Alawiyin.
Pemutahiran data Alawiyin.
Pelatihan dan perekrutan kader pelestarian nasab.
Melestarikan kerja sama dengan lembaga-lembaga nasab sejenis di luar negeri.
Melestarikan riset tentang kabilah-kabilah dalam keluarga besar Alawiyin di dalam dan di luar negeri.
Meminta peran serta aktif Maktab Daimi dan cabang.
KEAGAMAAN
Sosialisasi Thariqah Alawiyyah di kalangan keluaraga Alawiyin dan masyarakat pada ummnya.
Menjadikan Rabithah Alawiyah sebagai mediator bagi Alawiyin dan masyarakan umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam sesuai dengan Thariqah Alawiyyah.
Berperan aktif dan menjalin hubungan dengan organisasi masyarakat, lembaga Islam, dan instansi pemerintahan.
Wadah pemersatu para da’i Thariqah Alawiyyah dengan membantu dan mengaktifkan pengiriman para da’i ke daerah-daerah dalam forus silaturahmi.
Pelindung Alawiyin dari program pemurtadan yang bersifat komperhensif.
PENDIDIKAN DAN KESEJAHTERAAN
Menjalin kerjasama artara Rabithah Alawiyah dengan Lembaga Pendidikan dan Pesantren dan membuat database lembaga pendidikan yang di kelola Alawiyin.
Pemberian beasiswa bagi pelajar/mahasiswa Alawiyin berprestasi yang tidak mampu.
Mengupayakan peluang beasiswa dari lembaga pendidikan luar negeri dan penyetaraan lulusan luar negeri ke dalam negeri.
Menciptakan forum komunikasi antarsiswa Alawiyin di setiap perguruan tinggi dan membangun organisasi pemuda Alawiyin nasional.
Mempopulerkan website dan membuat subdomain dan group email Rabithah Alawiyah dalam pemberian informasi kegiatan Rabithah Alawiyah.
PENDANAAN
Meningkatkan jumlah donatur tetap.
Mengusahakan dan menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga bantuan dana dari dalam dan luar negeri.
Meningkatkan penerimaan zakat, Infaq, dan Shodaqoh.
Membentuk badan usaha kerja sama untuk pembiayaan kegiatan Rabithah Alawiyah.
Meningkatkan bantuan dan penyaluran bagi dhuafa Alawiyin.
KEORGANISASIAN
Mengkoordinasi lembaga pendidikan yang kurikulumnya berbasis Thariqah Alawiyyah.
DPP menginisiasi bersama Alawiyin di daerah untuk membuka cabang Rabithah Alawiyah.
Membantu himpunan pengusaha dan profesional Alawiyin (HIPPA).
Menghimpun para Syarifah di bawah satu lembaga resmi. (Red)