Kemenag Jadikan Program Studi Zakat di Perguruan Tinggi Idola Anak Bangsa

Coverpublik.com – Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Bengkulu Zahdi Taher berkomitmen bersama Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) untuk meningkatkan potensi zakat di Provinsi Bengkulu.

‘’Zakat kedepan memang harus dijadikan sebagai salah satu potensi yang diidolakan oleh masyarakat, bangsa dan negara. Bahkan kami sepakat pernyataan Dirjen Bimas Islam Kemenag RI menyatakan Prodi Zakat dan Wakaf di sejumlah perguruan tinggi sudah harus menjadi Prodi idola anak bangsa,’’ kata Zahdi, usai Rapat Koordinasi Nasional Baznas di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Apalagi sebagai wujud dukungan nyata Kemenag dalam meningkatkan potensi zakat di tanah air, akan diawali dengan peluncuran kampung zakat berbasis Kabupaten/Kota yang akan dilaksanakan di tahun mendatang.

“Kalau ratusan kampung zakat ini kita kembangkan bersama-sama dengan Baznas memberikan perhatian khusus di kabupaten/kota ini tentu akan meningkatkan potensi pendapatan zakat lebih meningkat lagi. Mudah-mudahan program ini akan segera terwujud,” beber Zahdi.

Sementara itu, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengakui minat mahasiswa masuk ke jurusan/prodi tentang perzakatan masih minim, padahal potensi yang dihasilkan begitu besar dalam pemberdayaan masyarakat.

“Seharusnya prodi tentang zakat itu menjadi prodi primadona anak negeri. Idealnya jurusan atau prodi zakat di Indonesia menjadi prodi idaman, karena potensi zakat begitu besar, ” ujar Kamaruddin.

Kamaruddin mengatakan minimnya daya tarik peserta didik masuk ke jurusan zakat salah satunya karena faktor literasi yang masih rendah tentang zakat.

Padahal, zakat merupakan instrumen yang kokoh karena telah memiliki Undang-Undang, lembaga zakat, dan regulasi yang lengkap.

Selain mahasiswa, Kamaruddin juga menyoroti belum banyak perguruan tinggi yang membuka prodi zakat. Saat ini tercatat hanya 18 perguruan tinggi yang sudah memiliki prodi perzakatan. Kondisi tersebut membuat pengenalan akan pentingnya zakat menjadi tersendat.

Menurut Dia, penerapan prodi manajemen zakat dan wakaf merupakan salah satu amanat undang-undang untuk mewujudkan tata kelola zakat dan wakaf secara profesional.

“Ini tantangan kita bagaimana membuat zakat menjadi sebuah profesi yang menarik bahkan diidolakan anak-anak kita. Salah satu penyebabnya menurut saya adalah literasi masyarakat tentang zakat ini masih rendah,” kata dia.

Ia yakin apabila banyak perguruan tinggi membuka prodi zakat yang diikuti minat mahasiswa yang tinggi, maka akan melahirkan para penggerak zakat demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

“Seharusnya karena ekosistem sudah begitu lengkap, sudah kokoh, literasi dan partisipasi masyarakat sudah sangat tinggi sekali. Tetapi kalau kita melihat perguruan tinggi yang membuka jurusan zakat itu masih sangat terbatas,” kata dia.