PC Ansor Seluma: Perang Resolusi Jihad, Karya KH. D Zawawi Imron

Santri Pondok Pesantren ketika mengikuti upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2023 di Halaman PC NU Kabupaten Seluma. Minggu (21/10/2023). Dok: Edwin Soleh

Coverpublik.com,Bengkulu – Setelah proklamasi 17 Agustus 1945 itu, kita bangsa Indonesia Memang mulai bisa bernapas lega Meski tugas mengisi kemerdekaan luas tak terbatas Sedangkan penjajah Belanda tidak rela bumi Indonesia jadi tanah merdeka

Bumi Indonesia harus tetap berada dalam cengkeraman Belanda si angkara murka Rakyat Indonesia tak boleh menikmati kebebasan Sungai panjang yang mengalir ke laut, gunung-gunung yang membiru, serta daun-

daun pepohonan harus menyanyi sanjungan kepada penjajah

Karena Belanda masih ingin mencengkeramkan kuku-kukunya kepada Indonesia o Niat busuk Belanda terus direkayasa Dan Surabaya kota kita tercinta jadi sasaran utama Maka, dengan membonceng tentara Sekutu Belanda datang ke Indonesia, ke Surabaya

Mereka mulai menembakkan senjata, menakut-nakuti penduduk Surabaya Sebagai preman kolonial yang bengis dan tak tahu aturan o Dan Surabava mulai dicekam kekhawatiran Rakyat jelata belum tahu mereka harus berbuat apa

Tapi semangat merdeka masih terus menyala Rakyat Indonesia tidak rela Indonesia kembali dijajah Indonesia sudah merdeka dan harus tetap merdeka Saat itulah tampil seorang kiai sepuh, Kiai Hasyim Asy’ ari namanya yang melihat umat dengan kacamata rahmat merasakan dengan jiwa yang dalam, terasa berat baginya penderitaan umat

Lalu beliau mengumpulkan para kiai dan ulama se-Jawa dan Madura o untuk menyelesaikan masalah umat, masalah bangsa dan masalah NKRI yang baru saja merdeka Dari kejernihan jiwa beliau yang takarub kepada Allah o yang didukung oleh akal sehat kolektif serta hasil istikharah para ulama o maka pada tanggal 22 Oktober 1945

tercetuslah fatwa Resolusi Jihad Bahwa setiap muslim wajib berjuang membela tanah air Indonesia Mereka yang gugur di medan perang melawan penjajah adalah Kusuma Bangsa, mati syahid di jalan Allah Fatwa yang cerdas dan penuh tanggung jawab itu beredar ke seluruh tanah Jawa Fatwa itu dicatat sebagai mustika jiwa oleh seorang pemuda Surabaya

bernama Bung Tomo, pemuda cerdas berumur 25 tahun, muda dan cerdas Kemudian anak-anak santri untuk sementara menutup dan menyimpan kitabnya Para petani lalu meninggalkan sawahnya dan mengasah parangnya Yang lain menyiapkan bambu runcing sebagai senjata

Tentara menyiapkan senjata walau apa adanya Untuk menyambut kedatangan musuh dengan iman kepada Allah dan keberanian yang sempurna Amboi, jangan lupakan peristiwa itu 10 November 1945 tanggalnya Tentara Sekutu dan Belanda datang lagi dengan niat memorakporandakan Surabaya o serta hendak menghancurleburkan semangat kemerdekaan

Bung Tomo teriak Allahu Akbar Teriakan takbir Bung Tomo mengangkasa di langit Surabaya Arek-arek Suroboyo, para santri, tentara, pedagang kecil, buruh, serta para

pemberani terjun ke medan perang membela kebenaran dengan keberanian yang total

Allahu Akbar, Allahu Akbar Surabaya menjadi lautan api Allahu Akbar Surabaya baniir darah Jasad para pahlawan yang ditembus senjata mash bergelimpangan di jalan-jalan raya.

Luka-lukanya yang merah mekar laksana bunga mawar bersanding dengan keikhlasan jiwa mereka yang putih laksana melati

Mawar dan melati mawar merah melati putih mawar melati merah putih merah putih

Bendera tanah airku Allahu Akbar Merah dan putih Allahu Akbar Bendera tanah airku Dengan Allahu Akbar, peluru mush dan tank-tank raksasa musuh dianggap kecil Bom-bom yang berdentuman menjadi kecil o Mitraliur yang melesat ganas jadi kecil

Bahkan maut pun dianggap kecil, semua dianggap kecil Hanya Allah Yang Mahabesar Allahu Akbar Allahu Akbar Jadilah 10 November meniadi Hari Pahlawan KH Hasvim Asy’ ari menjadi pahlawan KH Wahab Hasbullah meniadi pahlawan

Bung Tomo yang meneriakkan takbir itu jadi pahlawan Dan semua yang gugur membela bangsa dan tanah air adalah pahlawan Nama mereka harum dalam kenangan Dan harumnya sampai ke perkampungan surga Maka kemudian dicetuskanlah fatwa Resolusi Jihad Tanggal 22 Oktober tu ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.

Pewarta: Edwin Soleh

Editor: Man Saheri